”Yaa muqallibal qulub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika”

”Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu”

Aamiin...

(Hadist Riwayat at-Tirmidzi, Ahmad dan al-Hakim dishahihkan oleh adz-Dzahabi)

Minggu, 18 April 2010

Surat dari Ibu

KEPADA ANAKKU YANG DURHAKA
Abu Zubair Hawaary


Anakku yang tercinta, ibu sangat menyayangkan kalau surat ini menjadi sarana komunikasi antara kita, akan tetapi dialah satu-satunya cara yang tersisa padaku, yang memungkinkan bagiku untuk memberitahukanmu tentang hal-hal yang harus kamu dengar dariku sebelum ibu meninggalkan kefanaan ini. Ibu, semenjak kamu menipu dan membuat ibu masuk ketempat (rumah sakit) ini, walaupun ibu tidak menginginkannya .. ibu tidak melihatmu kecuali sedikit sekali, oleh karena itu sekarang ibu ingin berbicara dan kamu akan mendengarkannya tanpa bisa memotong perkataan ibu.

Anakku tercinta … ketika surat ini sampai kepadamu berarti ibu telah meninggalkan kehidupan ini, dan mungkin saja kamu tidak akan membaca suratku ini selama-lamanya, oleh karena itu ibu merasa merasa perlu menyebar-luaskannya sehingga orang selainmu ikut membacanya, dengan demikian setiap anak yang durhaka adalah anakku …

Wahai anakku, sesungguhnya ibu merasa akan mati dalam waktu dekat, dokter telah memberitahukan bahwa kondisi kesehatan ibu kian melemah … dan keengganan ibu untuk mengkonsumsi obat membuat ibu membutuhkan darah tambahan dalam jumlah besar … ketika itu ibu berusaha untuk bersikeras agar tidak makan obat … akan tetapi kehendak dokter memaksaku untuk menyetujuinya karena ibu adalah seorang wanita yang mengimani bahwasanya darah-darah tersebut tidak akan mengembalikan sisa-sisa kehidupan ke-hati dan ruhku … karena pada detik-detik ini ibu melihat sayap-sayap malaikat maut didalam kamarku.

Wahai anakku, janganlah mengira, bahwa ibu dengan kata-kata ini berusaha untuk menarik simpatimu agar datang kepadaku. Tidak, bukan ini tujuan dan maksudku, karena ibu telah wasiatkan kepada pembawa surat ini agar tidak menyerahkannya kepadamu kecuali setelah ibu meninggalkan kehidupan. Karena ibu tahu bahwasanya selama ibu masih hidup kamu tidak akan membacanya, akan tetapi mungkin kamu akan membacanya setelah kematianku, karena kamu tahu bahwa dengan membacanya setelah kematianku tidak akan memberikan tanggung jawab apa-apa .. akan tetapi ini bukan berarti ibu tidak berangan-angan untuk melihatmu terakhir kalinya sebelum ibu mati, bukan saja karena ibu merindukanmu … akan tetapi juga karena lain-lain hal …

Diantaranya :

Pertama : ibu tidak ingin melewatkan sa’at-sa’at terakhir umur ibu sendirian, hanya ditemani oleh ketakutan-ketakutan dan pikiran-pikiran. Ibu berangan-angan seperti seorang muslim lainnya, pada sa’at-sa’at seperti itu mendapatkan orang yang menghormati ke-manusiaan-ku dan memperhatikan urusanku, mengarahkan wajahku kekiblat, dan mentalkinkanku dua kalimat syahadat serta mendo’akan rahmat untukku … apakah berlebihan apabila ibu berangan mendapatkan hak ibu yang islam sendiri telah menjaminnya untukku??

Sesungguhnya kesendirian yang ibu perhatikan pada kebanyakan wanita sepertiku mendorongku mengangankan apa yang ibu angankan …

Sesungguhnya kematian ditempat ini tidak ada harganya .. karena si sakit tidak lebih dari tempat tidur yang kosong pada hari pertama untuk diisi pada hari berikutnya oleh pesakitan lain, menanti gilirannya diatas papan penantian! Karenanya ibu tidak terlalu bersedih mendengar kematian salah seorang pasien. Kesedihanku yang paling besar adalah ketika ibu tahu bahwa dia, disa’at-sa’at kematiannya sendirian, tidak ada orang disisinya yang mentalkinkannya .. tidak ada orang yang dicintainya yang meneteskan air mata sedih karena kapergiannya .. selain dari air mata teman-teman sesama pasien yang sama-sama meniti jalan kesedihan …

Kedua : sesungguhnya ibu ingin mema’afkanmu .. dan ini tidak bisa ibu lakukan apabila kamu tidak datang kepadaku dengan air mata penyesalan diwajahmu seraya kamu berkata, “Ma’afkan saya Ibu” … tahukah kamu, kalau kamu melakukan ini ibu akan melupakan semua masa lalumu, dan ibu akan berdo’a kepada Allah agar Ia mengampuni segala kesalahanmu terhadapku. Ibu akan memohon dengan merendahkan diri kepada-Nya agar akhir hayatmu tidak seperti akhirku … akan tetapi ibu yakin bahwa kamu tidak akan melakukannya … dan kamu tidak akan datang … oleh karena itu janganlah menanti ma’af dariku wahai anakku … karena ibu, walaupun mema’afkanmu .. ibu tidak akan menjamin bahwa kamu akan selamat dari azab Allah yang tidak pernah lupa dan tidak tidur …

Ibumu yang terluka


sumber : http://abuzubair.net/?p=23&cpage=1#comment-228 Selengkapnya...

PUISI

DUHAI JIWA...
Abu Zubair Hawary


Wahai jiwa, yakinlah …

Sekalipun kematian hari ini melangkahimu menjemput yang lain

Sejatinya ia dalam perjalanan menujumu.

Hidup ini betapapun panjang dan indahnya, pasti berakhir jua.

Tak lebih dari detik ke menit, jam ke hari, minggu ke bulan lalu berganti tahun

Maka engkau akan sendiri tanpa teman, harta dan kekasih.

Ingatlah kematian hari ini untuk hidup kemudian hari

Tangisilah dosa hari ini untuk bahagia disurga nanti.

Bandingkanlah antara kehidupan yang bahagia di jalan Allah dengan kehidupan yang jauh dari Manhaj Allah.

Bandingkanlah antara orang-orang yang sholeh dan istiqomah dengan orang-orang yang bingung lagi tersesat, penuh keraguan, kebimbangan dan keresahan.


sumber : http://abuzubair.net/?p=309 Selengkapnya...

untukmu abu Fajar

SURAT UNTUK SUAMI


Wahai suamiku..

Demi ALLAH, jika saja cinta kepada makhluk menjadi junjungan tertinggi dari tiap hamba, maka ketundukan dan sujud ini ku hibahkan padamu.

Namun, demi ALLAH, setinggi-tingginya cinta adalah untuk Rabb-ku, maka ku menolak cinta seorang Juliet pada Romeo ataupun Laila pada Qais nun majnun, karenanya.. ajarkanlah aku mencukupi diri dengan muhabbah sbaik-baiknya muhabbah pada ALLAH yang tlah mempertemukan kita dan Rasul sebagai tauladan tertinggi kita, agar dapat kucintai kau dengan makna cinta yang paling tinggi, yakni karena ALLAH dan untuk mendekati ALLAH.

Jika kecantikan duniawi di atas segalanya, maka demi ALLAH, akan kukejar sedaya upaya meraih indah dunia ini untuk membuatmu terbius oleh keelokanku. Kupenuhi detik hariku dengan berbagai warna gincu dan celak mata.

Namun, demi ALLAH, taqwa adalah sbaik-baiknya perhiasan diri, karenanya..ajarkanlah aku memperhias-diri dengan semulia-mulianya akhlak sebagai istri yang shalihah. Yang senantiasa memperbagus lisan serta geraknya. Memaniskan diri dengan tawadhu dan kebersahajaan.

Jika kekayaan harta pantas menjadi buruan setiap jiwa, maka demi ALLAH, akan kupinta berpuluh pilar yang memenuhi rumah kita nanti. Emas dan mutiara akan menjadi rengekanku sepanjang siang dan malam.

Namun, demi ALLAH, dunia beserta seisinya ini bagai setetes air di bentangan samudera, karenanya.. ajarkanlah aku memenuhi hati ini dengan rasa syukur tiada kira dari tiap nafkah halal serta thayyibmu, dari 2,5% rejeki yang kita keluarkan, dan dari sedekah yang kita ikhlaskan bersama.

Aku mencintaimu karena ALLAH…

JazakamuLlah untuk setiap cinta, doa, sabar serta energi semangat yang trus kau kirimkan..


sumber : http://deen10february.wordpress.com/2009/02/24/surat-untuk-suami/ Selengkapnya...

(dikirim by email dari abu fajar untuk ummu 'aisyah)

KEPADA ISTRIKU


Petang ini aku tidak bisa segera pulang. Banyak tugas-tugas yang belum tuntas harus digegas. Petang menjelang, sms-mu datang, menanyakan kapan pulang?

Hmm …mungkin aku baru bisa pulang malam. Mungkin nanti anak-anak sudah tidur, si kecil yang lucu hari ini tidak bergantung dikakiku ketika pulang. Karena ia telah lelap dalam tidurnya.

Istriku …

Aku tahu, betapa berat tugas dan tanggung jawabmu dirumah. Pekerjaanmu padat dan berat.

Memasak

Mencuci

Menyapu

Mengurus urusan rumahtangga.

Letih dan lelah demi semua.

Menyusui dan mendidik anak-anak.

Menjaga amanah dan kesetiaan ketika suami tidak ada.

Tidak diperintahkan sholat jum’at.

Tidak pula diwajibkan sholat jama’ah ke mesjid.

Tidak wajib atasnya jihad dengan senjata.

Namun begitu istriku, bergembiralah karena engkau tetap mendapatkan pahala seperti kaum pria.

Kok bisa?

Dengarkan jawabannya dari seorang utusan wanita “Asma’ binti Yazid Al- Anshori yyah yang mendatangi Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama ketika beliau sedang duduk bersama sahabat-sahabat.

Asma binti Yazid Al-Ashoriyyah, “Ayah dan ibkuku sebagai tebusanmu, sesungguhnya aku adalah utusan para wanita kepadamu, dan aku tahu - jiwaku sebagai tebusanmu - bahwasanya tidak seorangpun dari wanita baik di timur ataupun di barat yang mendengar kepergianku untuk menemui ini ataupun tidak mendengarnya melainkan ia sependapat denganku.

Sesungguhnya Allah mengutusmu dengan kebenaran kepada laki-laki dan wanit. Maka kami beriman kepadamu dan kepada Ilah-mu yang telah mengutus.

Dan sesungguhnya kami para wanita terbatas (geraknya); menjadi pengaja rumah-rumah kalian, tempat kalian menunaikan syahwat kalian dan yang mengandung anak-anak kalian.

Sementara kalian para laki-laki dilebihkan atas kami dengan sholat jum’at, jama’ah, menjenguk orang sakit, menghadiri jenazah, menunaikan haji berkali-kali, dan yang lebih baik dari itu berjihad di jalan Allah. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian apabila ia keluar haji atau umroh atau berjihad, kami yang menjaga harta kalian, menenunkan pakaian kalian, dan kami pula yang mendidik anak-anak kalian. Maka apakah kami mendapatkan pahala seperti kalian hai Rasulullah?

Maka Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama menoleh kepada para sahabatnya, kemudian beliau berkata, “Apakah kalian pernah mendengar perkataan wanita yang lebih baik dari pertanyaannya dalam urusan agamanya ini? Mereka menjawab, “Hai Rasulullah, kami tidak mengira bahwa seorang wanita bisa paham seperti ini.

Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama menoleh kepadanya kemudian berkata kepadanya, “Pulanglah wahai wanita dan beritahukanlah kepada orang-orang wanita-wanita dibelakangmu bahwasanya baiknya pengabdian salah seorang dari kalian kepada suaminya dan mengharapkan ridhonya, serta mengikuti keinginannya menandingi itu semua”.

Maka wanita itu pulang seraya bertahlil, bertakbir dengan gembira”.(Diriwayatkan oleh Al-Baihaqy dalam Syu’abil Iman).

Istriku …

Jika seorang wanita memahami ibadah dengan sempit, hanya sebatas ruku’ dan sujud saja, ia akan kehilangan pahala yang besar, karena ia akan menganggap pekerjaan dirumah, berkhidmat kepada suami, bergaul dengannya dengan baik, mendidik anak-anak semua itu tidak termasuk ibadah. Ini jelas salah dalam memahami ibadah.

Ibadah sebagaimana dijelaskan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah suatu penamaan untuk setiap sesuatu yang dicintai dan diridhoi Allah dari perkataan dan perbuatan yang batin maupun zhohir.

Sholat, zakat, puasa, haji, berkata jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada orangtua, shilaturrahim, menepati janji, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, jihad melawan orang kafir dan munafiqin, berbuat baik kepada tetangga anak yatim orang miskin ibnus sabil dan hewan, berdo’a, berzikir, membaca quran dan semisalnya termasuk ibadah. Begitu juga mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah, bertaubat kepada-Nya dan mengikhlaskan agama hanya untuk-Nya semata, bersabar terhadap keputusan-Nya, mensyukuri nikmat-Nya dan ridho terhadap qodho-Nya, tawakkal kepada-Nya, mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya semua itu termasuk ibadah kepada Allah.

Jadi ibadatullah adalah tujuan yang dicintai dan diridhoi-Nya yang karenanya Ia menciptakan makhluk sebagaimana firman-Nya,

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka mengibadati-Ku”.

Engkau istriku .. senantiasa dalam ibadah ketika berkhidmat kepada suamimu dan anak-anakmu selama engkau mengharapkan ridhonya dan berbuat baik dalam bergaul dengannya.

Selamat untukmu istriku!!

Engkau berhak mendapatkan pahala di dalam rumahmu jika :

- Ikhlas dan mengharapkan pahala dari Allah.

- Memperbaiki niat.

Terakhir .. semoga Allah senantiasa menjagamu dan menjaga rumah tangga kita dalam naungan ridho dan cinta-Nya, amin.


Mei 15th, 2009 | Author: Abu Zubair Hawaary

Sumber : http://abuzubair.net Selengkapnya...

KUPERSEMBAHKAN BAIT-BAIT INI UNTUKMU.... ABI TERCINTA

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..

Akan sering merasa kangen sekali dengan Umminya.

Lalu bagaimana dengan Abi?

Mungkin karena Ummi lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,

tapi tahukah kamu, jika ternyata Abi-lah yang mengingatkan Ummi untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Ummi-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita,

tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Abi bekerja dan dengan wajah lelah Abi selalu menanyakan pada Ummi tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil……

Abi biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.

Dan setelah Abi mengganggapmu bisa, Abi akan melepaskan roda bantu di sepedamu…

Kemudian Ummi bilang : “Jangan dulu Abi, jangan dilepas dulu roda bantunya” ,

Ummi takut putri manisnya terjatuh lalu terluka….

Tapi sadarkah kamu?

Bahwa Abi dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Ummi menatapmu iba.

Tetapi Abi akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”

Tahukah kamu, Abi melakukan itu karena Abi tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Abi yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :

“Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”.

Berbeda dengan Ummi yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.

Ketahuilah, saat itu Abi benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja….

Kamu mulai menuntut pada Abi untuk dapat izin keluar malam, dan Abi bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”.

Tahukah kamu, bahwa Abi melakukan itu untuk menjagamu?

Karena bagi Abi, kamu adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa berharga..

Setelah itu kamu marah pada Abi, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu…

Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Ummi….

Tahukah kamu, bahwa saat itu Abi memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,

Bahwa Abi sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika kamu menjadi gadis dewasa….

Dan kamu harus pergi belajar dikota lain…

Tahukah kamu bahwa badan Abi terasa kaku untuk memelukmu?

Abi hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .

Padahal Abi ingin sekali menangis seperti Ummi dan memelukmu erat-erat.

Yang Abi lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.

Abi melakukan itu semua agar kamu KUAT…kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Abi.

Abi pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Abi tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan…

Kata-kata yang keluar dari mulut Abi adalah : “Tidak…. Tidak bisa!”

Padahal dalam batin Abi, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Abi belikan untukmu”.

Tahukah kamu bahwa pada saat itu Abi merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Sampai saat seseorang datang ke rumah dan meminta izin pada Abi untuk mengambilmu darinya.

Abi akan sangat berhati-hati memberikan izin..

Karena Abi tahu…..

Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya….

Saat Abi melihatmu duduk bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Abi pun tersenyum bahagia….

Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Abi pergi kebelakang sebentar, dan menangis?

Abi menangis karena Abi sangat berbahagia, kemudian Abi berdoa….

Dalam lirih doanya kepada Rabb, Abi berkata: “Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik….

Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik….

Bahagiakanlah ia bersama suaminya…”

Setelah itu Abi hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk…

Dengan rambut yang telah dan semakin memutih….

Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya….

Abi telah menyelesaikan tugasnya….

Abi, Ayah, Bapak, atau Abah kita…

Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…

Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…

Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .

Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal..

* * * *

Keterangan : Judul Asli “ Di Balik Kisah Seorang Papa” pada naskah aslinya kata Abi ditulis “Papa” dan kata Ummi ditulis “Mama”

Sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2799887 dengan sedikit perubahan oleh dr.Abu Hana untuk http://kaahil.wordpress.com Selengkapnya...

PUISI

Ibu Maafkan Anakmu


Ibunda…adalah Anugrah terindah milik kita..dari Rahimnyalah Lahir Pejuang2 Islam,mujtahid2 Islam..Ibu kita Mungkin tidak seperti Ibunda dari Abdullah Bin Zubair, Bukan Ibunda Dari Imam Syafi’I dll…..Mungkin kita terlahir dari seorang Ibu yang Biasa..tapi bagaimanapun beliau Tetaplah Anugrah yang sangat Indah Milik kita..
Dengan segala ketulusannya kita bisa menjadi seperti saat ini..
Sungguh jasanya tak mungkin terbalaskan oleh kita..


Ibunda..beliau tak pernah meminta balas jasa dari kita..
Sungguh jasanya tak mungin bisa kita sebutkan satu persatu…
Ibunda…pernahkah kita menangis saat kita mengingat beliau..
Menangiskah kita saat bibir melantunkan Doa untuknya…
Ingatkah kita kepada beliau saat mata terbuka dari lelap tidur..
Ingatkah kita kepada beliau saat kesuksesan menyapa kita..
Apakah kita memeluk dan mencium tangan beliau saat kesuksesan itu datang..
Ingatkah kita tangan yang kasar karena kerja keras beliau untuk membesarkan kita..
Seringkah kita mencium tangan yang kasar itu..
Apakah mata ini sering di basahi oleh air mata,
Karena mengenang kesabaran beliau saat mengandung kita..
Apakah air mata kita pernah menetes saat kita mengenang perjuangan beliau
Di saat melahirkan kita..
Perjuangan hidup dan mati demi rasa cintanya kepada kita..
Demi menginginkan buah hatinya agar dapat melihat keindahan dunia..
Apakah kita ingat beliau di dalam keseharian kita..


Ibu..maafkan anakmu yang jarang mengingatmu..
Terkadang anakmu begitu egois yg hanya mengingat saat engkau memarahi saja..
Bahkan anakmu tak pernah mengucapkan terimakasih..
Terima kasih kepada engkau karena telah melahirkan,mengasuh kami dsb..
Ibu..maafkan anakmu yang belum bisa memberi kebahagian..
Ibu..maafkan anakmu..maafkan..
Sungguh jangan pernah hilangkan ingatan kita untuk ibu..


Ya Rabb..sayangi ibu hamba dengan segala kebaikan menurutMU..
Sayangi beliau sebagaimana sayang beliau terhadap hamba..
YA Rabb…dari sisa umur yang hamba miliki..
Izinkan hamba membahagiakan Beliau..
Rabb..Limpahkan kasih sayangMU kepada beliau..
Amiin Allahumma amin.



sumber : http://ekstra.kompasiana.com/group/fiksi/2009/11/05/puisi-ibu-maafkan-anakmu/
Selengkapnya...

KUTITIPKAN SURAT INI UNTUKMU

SURAT BALASAN UNTUK IBU
Ustadz Armen Halim Naro


Kepada yang tercinta


Bundaku yang ku sayang

Segala puji bagi Allah ta’ala yang telah memuliakan kedudukan kedua orang tua, dan telah menjadikan mereka berdua sebagai pintu tengah menuju surga. Sholawat serta salam, hamba yang lemah ini panjatkan keharibaan Nabi yang mulia., keluarga serta para sahabatnya hingga hari kiamat. Amin………

Ibu…..Aku terima suratmu yang engkau tulis dengan tetesan air mata dan duka, dan aku telah membacanya, ya aku telah mengejanya kata demi kata…..tidak ada satu hurufpun yang aku terlewatkan.

Tahukah engkau, wahai Ibu, bahwa aku membacanya semenjak sholat isya’ dan baru selesai membacanya setelah ayam berkokok, fajar telah terbit dan adzan pertama telah dikumandangkan?!Sebenarnya surat yang engkau tulis tersebut jika ditaruhkah di atas batu, tentu ia akan pecah, sekiranya diletakkan ke atas daun yang hijau tentu dia akan kering. Sebenarnyalah surat yang engkau tulis tidak tersudu oleh itik dan tidak tertelan oleh ayam. Sebenarnyalah suratmu itu bagiku bagaikan petir kemurkaan…….bagaikan awan kaum Tsamud yang datang berarak yang telah siap dimuntahkan kepadaku….

Ibu……

Aku baca suratmu, sedangkan air mataku tidak pernah berhenti!!Bagaimana tidak, sekiranya surat itu ditulis oleh orang yang bukan ibu dan ditujukan pula bukan kepadaku, layaklah orang yang mempunyai hati yang keras ketika membaca surat itu menangis sejadi-jadinya. Bagaimana kiranya yang menulis itu adalah bunda dan surat itu ditujukan untuk diriku sendiri!!

Aku sering membaca kisah dan cerita sedih, tidak terasa bantal yang dijadikan tempat bersandar telah basah karena air mata, aku juga sering menangis melihat tangisnya anak yatim atau menitikkan air mata melihat sengsaranya hidup si miskin. Aku acap kali tersentuh dengan suasana yang haru dan keadaan yang memilukan, bahkan pada binatang sekalipun. Bagaimana dengan surat yang Ibu tulis itu?!Ratapan yang bukan ibu karang atau sebuah drama yang ibu perankan?! Akan tetapi dia adalah sebuah kenyataan…….

Bunda yang kusayangi……..

Sungguh berat cobaanmu…..sungguh malang penderitaanmu……..semua yang engkau telah sebutkan benar adanya. Aku masih ingat ketika ditinggal ayah pada masa engkau hamil tua mengandung adikku. Ayah pergi entah kemana tanpa meninggalkan uang belanja, jadilah engkau mencari apa yang dapat dimasak disekitar rumah dari dedaunan dan tumbuhan. Dengan jalan berat engkau melangkah ke kedai untuk membeli ala kadarnya, sambil engkau membisikkan kepada penjual bahwa apa yang engkau ambil tersebut sebagai hutang dan hendaklah dicatat dulu. Hutang yang engkau sendiri tidak tahu kapan engkau akan dapat melunasinya.

Ibu…….aku masih ingat ketika kami anak-anakmu menangis untuk dibuatkan makanan, engkau tiba-tiba menggapai atap dapur untuk mengambil kerak nasi yang telah lama engkau jemur dan keringkan, tidak jarang pula engkau simpan untukku sepulang sekolah tumbung kelapa, hanya untuk melihat aku mengambilnya dengan segera. Atau aku masih ingat, engkau sengaja ambilkan air didih dari nasi yang sedang dimasak, ketika engkau temukan aku dalam keadaaan sakit demam.

Ibu…….maafkanlah anakmu ini, aku tahu bahwa semenjak engkau gadis sebagaiman yang diceritakan oleh nenek sampai engkau telah tua seperti sekarang, engkau belum pernah mengecap kebahagiaan. Duniamu hanyalah rumah serta halamannya, kehidupanmu hanya dengan anak-anakmu. Belum pernah aku melihat tertawa bahagia kecuali ketika kami anak-anakmu datang ziarah kepadamu. Selain dari itu tidak ada kebahagiaan. Hari-harimu adalah perjuangan. Semua hidupmu hanya pengorbanan.

Ibu……

Maafkan aku anakmu ini! Semenjak engkau pilihkan untukku seorang istri, wanita yang telah engkau puji sifat dan akhlaknya, yang engkau telah sanjung pula suku dan negerinya!! Engkau katakan ketika itu padaku, “Ambillah ia sebagai istrimu, gadis yang pemalu yang pandai bergaul, cantik dan berakhlak mulia, punya hasab dan nasab!”

Semenjak itu pula aku seakan-akan lupa denganmu. Keberadaan dia sebagai istriku telah membuat kulupa posisi engkau sebagai ibuku, senyuman dan sapaannya telah membuat kuterlena dengan sapaan dan himbauanmu.

Ibu…….aku tidak menyalahkan wanita pilihanmu tersebut, karena ia telah menunaikan kewajibannya sebagai istri, terutama perhatiannya dalam berbakti kepadamu, sudah berapa kali ia memintaku untuk menyediakan waktu untuk menziarahimu. Hari yang lalu ia telah buatkan makanan buatmu, akan tetapi aku tidak punya waktu mengantarkannya, hingga makanan itu telah menjadi basi…..

Aku berharap pada permasalahan ini engkau tidak membawa-bawa namanya dan mengaitkan kedurhakaanku kepadamu karenanya. Karena selama ini, di mataku dia adalah istri yang baik, istri yang telah berupaya berbuat banyak untuk kebahagiaan rumah tangganya.

Ibu……

Ketika seorang laki-laki menikah dengan seorang wanita, maka seolah-olah dia telah mendapatkan permainan baru, seperti anak kecil mendapatkan boneka atau orang-orangan. Sekali lagi maafkan aku! Aku tidaklah membela diriku, karena dari awal dan akhir pembicaraan ini kesalahan ada padaku……anakmu ini!! Akan tetapi aku ingin menerangkan keadaan yang kualami, perubahan suasana setelah engkau dan aku berpisah dan perubahan jiwa ketika aku tidak hanya mengenal dirimu, tapi kini aku telah mengenal satu wanita lagi.

Ibu……perkawinanku membuatku masuk ke dunia baru, dunia yang selama ini tidak pernah kukenal, dunia yang hanya ada aku, istri dan anakku!!Bagaiman tidak, istri yang baik dan anak-anak yang lucu-lucu!! Maafkan aku Ibu….aku merasa dunia hanya milik kami, aku tidak peduli dengan keadaan orang lain, yang penting bagiku adalah keadaan mereka.

Ibu…….

Maafkan aku, anakmu!! Aku telah lalai….aku telah lupa….aku telah menyia-nyiakanmu!! Aku pernah mendengar kajian, bahwa orang tua difitrahkan untuk cinta kepada anaknya, dan anak difitrahkan untuk menyia-nyiakan orang tuanya. Oleh sebab itu dilarang mencintai anak secara berlebihan dan anak dilarang berbuat durhaka kepada orang tua.

Itulah yang terjadi pada diriku, wahai Ibu!! Aku seperti orang linglung ketika melihat anakku sakit, aku seperti orang kebingungan ketika melihat anakku diare. Tapi itu sulit, aku rasakan jika hal itu terjadi padamu atau pada ayah!!

Ibu…..

Sulit aku merasakan perasaanmu!!Kalaulah bukan karena bimbingan agama yang telah lama engkau talqinkan kepadaku, tentu aku telah seperti kebanyakan anak-anak yang durhaka kepada orang tuanya!!Kalaulah bukan karena baktimu pula kepada orang tuamu dan orang tua ayah, niscaya aku tidak akan pernah mengenal arti bakti kepada orang tua.

Setelah suratmu datang, baru aku mengerti!! Karena selama ini hal itu tidak pernah engkau ungkapkan, semuanya engkau simpan dalam-dalam seperti semua permasalah berat yang telah engkau hadapi selama ini.

Sekarang baru aku mengerti, bahwa hari yang sulit bagi seorang ibu, adalah hari dimana anak-anaknya telah menikah dengan seorang wanita. Dimatanya wanita yang telah mendampingi putranya itu adalah manusia yang paling beruntung. Bagaimana tidak! Dia dapatkan seorang laki-laki yang telah matang pribadi dan matang ekonomi dari seorang ibu yang telah letih membesarkannya. Dengan detak jantungnya ia peroleh kematang jiwa dan dari uang ibu itu pula ia dapatkan kematangan ekonomi. Sekarang dengan ikhlas dia berikan kepada seorang wanita yang tidak ada hubungan dengannya, kecuali hubungan dua wanita yang saling berebut perhatian seorang laki-laki. Laki-laki sebagai anak dari seorang ibunya dan ia sebagai suami dari istrinya.

Ibuku sayang……

Maafkan aku Ibu!! Ampunkan diriku. Satu tetes air matamu adalah lautan api bagiku. Janganlah engkau menangis lagi, jangan engkau berduka lagi!! Karena duka dan tangismu menambah dalam jatuhku ke dalam api neraka!! Aku takut Ibu…….Aku cemas dengan banyaknya dosaku kepada Allah sekarang bertambah pula dengan dosaku terhadapmu. Dengan apa aku ridho Allah,sekiranya engkau tidak meridhoiku. Apa gunanya semua kebaikan sekiranya dimatamu aku tidak punya kebaikan!!Bukankah ridho Allah tergantung dengan ridhomu dan sebaliknya bukankah kemurkaan Allah tergantung kemurkaanmu!! Tahukah engkau ibu, seburuk-buruknya diriku, aku masih merasakan takut kepada murka Allah!!Apalah jadinya hidup jika hidup penuh dengan murka dan laknat serta jauh dari berkah dan nikmat.

Kalau akan murka itu pula yang aku peroleh, izinkan aku membuang semua kebahagianku selama ini, demi hanya untuk dapat menyeka air matamu! Kalau akan engkau pula murka kepadaku, izinkan aku datang kepadamu membawa segala yang aku miliki lalu menyerahkannya kepadamu, lalu terserah engkau, mau engkau perbuat apa?!

Sungguh aku tidak mau masuk neraka!Sekalipun – wahai Bunda- aku memiliki kekuasaan seluas kekuasaan Firaun, mempunyai kekayaan sebanyak kekayaan Qorun dan mempunyai keahlian setinggi ilmu Haman. Pastikan wahai bunda tidak akan aku tukar dengan kesengsaraan di akhirat sekalipun sesaat. Siapa pula yang tahan dengan azab neraka,wahai Bunda!

Ibu …….. maafkan anakmu!! Adapun sebutanmu tentang keluhan dan pengaduan kepada Allah ta’ala, bahwa engkau belum mau mengangkatnya ke langit!! Maka, ampun, wahai Ibu!!Aku angkat seluruh jemariku dan sebelas dengan kepala untuk mohon maaf kepadamu!! Kalaulah itu yang terjadi, do’a itu tersampaikan! Salah ucap pula lisanmu!! Apalah jadinya nanti diriku!! Tentu kebinasaan yang telak. Tentu diriku akan menjadi tunggul yang tumbang disambar petir, apalah gunanya kemegahan sekiranya engkau do’akan atasku kebinasaan, tentu aku akan menjadi pohon yang tidak berakar ke bumi dan dahannya tidak bisa sampai ke langit, ditengahnya dimakan kumbang pula!!

Kalaulah do’amu terucap atasku, wahai Ibu!! Maka, tidak ada lagi gunanya hidup, tidak ada lagi gunanya kekayaan, tidak ada lagi pula gunanya banyak pergaulan.

Ibu, dalam sepanjang sejarah anak manusia yang kubaca, tidak ada orang yang berbahagia setelah kena kutuk orang tuanya. Itu di dunia, maka aku tidak dapat bayangkan bagaimana nasib bagi yang terkena kutuk di akhirat, tentu lebih sengsara.

Ibu…….setelah membaca suratmu, baru aku menyadari kekhilafan dan kelalaianku. Suratmu akan kujadikan “jimat” dalam hidupku, setiap kali aku lalai dalam berkhidmat kepadamu akan aku baca ulang kembali, tiap kali aku lengah darimu akan kutalqin diriku dengannya, akan kusimpan dalam lubuk hatiku sebelum aku menyimpannya dalam kotak wasiatku. Akan aku sampaikan kepada anak keturunanku bahwa ayah mereka dahulu pernah lalai dalam berbakti, lalu ia sadar dan kembali kepada kebenaran, ayah mereka pernah berbuat salah, sehingga ia telah menyakiti hati orang yang seharusnya ia cintai, lalu ia kembali kepada petunjuk.

Tua …… siapa yang tidak mengalami ketuaan, wahai bunda!! Badanku yang saat ini tegap, rambutku hitam, kulitku kencang, akan datang suatu masa badan yang tegap itu ringkih dimakan usia, rambut yang hitam akan dipenuhi uban ditelan oleh masa dan kulit yang kencang itu akan menjadi keriput ditelan oleh zaman.

Burung elang yang terbang di angkasa, tidak pernah bermain kecuali di tempat yang tinggi, suatu saat nanti dia akan jatuh jua, dikejar dan diperebutkan oleh burung kecil lainnya. Singa si raja hutan yang selalu memangsa, jika telah tiba tuanya, dia akan dikejar-kejar anjing kecil tanpa ada perlawanan. Tidak ada kekuasaan yang kekal, tidak ada kekayaan yang abadi, yang tersisa hanya amal baik atau amal buruk yang akan dipertanggungjawabkan.

Ibu, do’akan anakmu ini agar menjadi anak yang berbakti kepadamu dimasa banyak anak yang durhaka kepada orang tuanya. Angkatlah ke langit munajatmu untukku agar aku memperoleh kebahagiaan abadi di dunia dan di akhirat.

Ibu…..sesampainya suratku ini, insya allah, tidak akan ada lagi air mata yang jatuh karena ulah anakmu, setelah ini tidak ada lagi kejauhan antaraku denganmu, bahagiamu adalah bahagiaku, tawamu adalah tawamu dan tangismu adalah tangisku. Aku berjanji untuk selalu berbakti kepadamu buat selamanya dan aku berharap aku dapat membahagiakanmu selagi mataku masih bisa berkedip.

Bahagiakanlah dirimu ………..buanglah segala kesedihan, cobalah tersenyum!! Ini kami, aku, istri, dan anak-anak sedang bersiap-siap untuk bersimpuh di hadapanmu, mencium tanganmu.


Salam hangat dari anakmu.


sumber : http://goeyoeb.multiply.com/journal/item/29 Selengkapnya...

KUTITIPKAN SURAT INI UNTUKMU

SURAT IBU KEPADA PUTRANYA
ustadz Armen Halim Naro


Orang tua pintu surga yang di tengah, sekiranya engkau mau, sia-siakanlah pintu itu atau jagalah!! [HR. Ahmad]


Ku Titip surat ini, Anakku!!


Nanda yang kusayangi
di bumi Allah ta'ala

Segala puji Ibu panjatkan kehadirat Allah ta'ala yang telah memudahkan Ibu untuk beribadah kepada-Nya. Sholawat serta salam Ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam, keluarga dan para sahabatnya. Amin.........

Wahai anakku,

Surat ini datang dari ibumu yang selalu dirundung sengsara.....Setelah berpikir panjang Ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri. Setiap kali menulis, setiap itu pula gores tulisan terhalangi oleh tangis, dan setiap kali menitikkan air mata setiap itu pula hati terluka.....

Wahai anakku!

Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas dan bijak! Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engakau remas kertas ini lalu engkau merobeknya, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati dan telah engkau robek pula perasaanku.

Wahai anakku...25 tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun kebahagiaan dalam kehidupanku, suatu ketika dokter datang menyampaikan tentang kehamilanku dan semua ibu sangat mengetahui arti kalimat tersebut. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri ini sebagaimana ia adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi.......Semenjak kabar gembira tersebut aku membawamu 9 bulan, tidur, berdiri, makan dan bernafas dalam kesulitan. Akan tetapi itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu, bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu.

Aku mengandungmu, wahai anakku!Pada kondisi lemah di atas lemah, bersamaan dengan itu aku begitu gembira tatkala merasakan melihat terjangan kakimu atau balikan badanmu diperutku. Aku merasa puas setiap aku menimbang diriku, karena semakin hari semakin berat perutku, berarti engkau sehat wal afiat dalam rahimku.

Penderitaan yang berkepanjangan menderaku, sampailah saat itu, ketika fajar pada malam itu, yang aku tidak dapat tidur dan memejamkan mataku barang sekejap pun, Aku merasakan sakit yang tidak tertahankan dan rasa takut yang tidak bisa dilukiskan.

Sakit itu terus berlanjut sehingga membuatku tidak lagi dapat menangis. sebanyak itu pula aku melihat kematian menari-nari di pelupuk mataku, hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia. Engkau pun lahir........tangisku bercampur dengan tangismu, air mata kebahagiaan. Dengan semua itu, sirna semua keletihan dan kesedihan, hilang semua sakit dan penderitaan, bahkan kasihku kepadamu semakin bertambah dengan bertambah kuatnya sakit, Aku raih dirimu sebelum aku meraih minuman, aku peluk cium dirimu sebelum meneguk satu tetes air yang ada di kerongkonganku.

Wahai anakku......telah berlalu tahun dari usiamu, Aku membawamu dengan hatiku dan memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. Saripati hidupku kuberikan kepadamu. Aku tidak tidur demi tidurmu, berletih demi kebahagiaanmu.

Harapanku pada setiap harinya; agar aku melihat senyumanmu. Kebahagiaanku setiap saat adalah celotehmu dalam meminta sesuatu, agar aku berbuat sesuatu untukmu.....itulah kebahagianku!

Kemudian, berlalulah waktu, hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Selama itu pula aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai, menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti, dan menjadi pekerjamu yang tidak pernah mengenal lelah seta mendo'akan selalu kebaikan dan taufiq untukmu. Aku selalu memperhatikan dirimu hari demi hari hingga engkau menjadi dewasa. Badanmu yang tegap, ototmu yang kekar, kumis dan jambang tipis yang telah menghiasi wajahmu, telah menambah ketampananmu. Tatkala itu aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan demi mencari pasangan hidupmu.

Semakin dekat hari perkawinanmu, semakin dekat pula hari kepergianmu. Saat itu pula hatiku mulai serasa teriris-iris, air mataku mengalir, entah apa rasanya hati ini. Bahagia telah bercampur dengan duka, tangis telah bercampur pula dengan tawa. Bahagia karena engkau mendapatkan pasangan dan sedih karena engkau pelipur hatiku akan berpisah denganku.

Waktupun berlalu seakan-akan aku menyeretnya dengan berat. Kiranya setelah perkawinan itu aku tidak lagi mengenal dirimu, senyummu yang selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihan, sekarang telah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam. Tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu, sekarang telah tenggelam seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang keguguran. Aku benar-benar tidak mengenalmu lagi karena engkau telah melupakanku dan melupakan hakku.

Terasa lama hari-hari yang kulewati hanya untuk ingin melihat rupamu. Detik demi detik ku hitung demi mendengarkan suaramu. Akan tetapi penantian kurasakan sangat panjang. Aku selalu berdiri di pintu hanya untuk melihat dan menanti kedatanganmu. setiap kali berderit pintu aku menyangka bahwa engkaulah orang yang datang itu. Setiap kali telepon berdering aku merasa bahwa engkaulah yang menelpon. Setiap suara kendaraan lewat aku merasa bahwa engkaulah yang datang.

Akan tetapi, semua itu tidak ada. Penantianku sia-sia, dan harapanku hancur berkeping, yang ada hanya keputusasaan, yang tersisa hanyalah kesedihan dari semua keletihan yang selama ini kurasakan. Sambil menangisi diri dan nasib yang memang telah ditakdirkan oleh-Nya.

Anakku.......Ibumu ini tidaklah meminta banyak, dan tidaklah menagih kepadamu yang bukan-bukan. Yang ibu pinta, jadikan ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu. Jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di rumahmu, agar ibu teringat pula dengan hari-hari bahagia masa kecilmu.

Dan Ibu memohon kepadamu, Nak! janganlah engkau pasang jerat permusuhan denganku, jangan engkau buang wajahmu ketika ibu hendak memandang wajahmu!!

Yang ibu tagih kepadamu, jadikanlah rumah ibumu, salah satu tempat persinggahanmu, agar engkau dapat pula sekali-kali singgah ke sana sekalipun hanya satu detik, jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi, atau sekiranya terpaksa engkau datangi sambil engkau tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi.

Anakku, telah bungkuk pula punggungku. Bergemetar tanganku, karena badanku telah dimakan oleh usia dan digerogoti oleh penyakit.....berdiri seharusnya dipapah, dudukpun seharusnya dibopong, sekalipun begitu cintaku kepadamu masih sepeti dulu.....Masih seperti lautan yang tidak pernah kering. Masih seperti angin yang tidak pernah berhenti.

Sekiranya engkau dimuliakan satu hari saja oleh seseorang, niscaya engkau akan balas kebaikannya dengan kebaikan setimpal. Sedangkan kepada ibumu.....mana balas budimu,nak!? Mana balasan baikmu! Bukankah air susu seharusnya dibalas dengan air susu serupa?! akan tetapi kenapa nak! Susu yang ibu berikan engkau balas dengan tuba. bukankah Allah ta'ala telah berfirman ;

Hal Jazaaul ikhsaani illal ikhsaan

"Bukankah balasan kebaikan kecuali dengan kebaikan pula?!" (QS. Ar-Rahma:60).

Sampai begitu keraskah hatimu, dan sudah begitu jauhkah dirimu?! setelah berlalunya hari dan berselangnya waktu?!

Wahai anakku, setiap kali aku mendengar bahwa engkau bahagia dengan hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagianku. Bagaiman tidak, engkau adalah buah dari kedua tanganku, engkaulah hasil dari keletihanku. Engkaulah laba dari semua usahaku! Kiranya dosa apa yang telah kuperbuat sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu? Pernahkah aku berbuat khilaf dalam salah satu waktu selama bergaul denganmu, atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu?

Terus, jika tidak demikian, sulitkah bagimu menjadikan statusku sebagai budak dan pembantu yang paling hina dari sekian banyak pembantu dan budakmu. Semua mereka telah mendapatkan upahnya!? Mana upah yang layak untukku wahai anakku!

Dapatkah engaku berikan sedikit perlindungan kepadaku di bawah naungan kebesaranmu?Dapatkah engkau menganugerahkan sedikit kasih sayangmu demi mengobati derita orang tua yang malang ini?Sedangkan Allah ta'ala mencintai orang yang berbuat baik.

Wahai anakku!! Aku hanya ingin melihat wajahmu, dan aku tidak menginginkan yang lain. Wahai anakku! hatiku teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau sehat wal afiat. Orang-orang sering mengatakan bahwa engkau seorang laki-laki yang supel, dermawan, dan berbudi. Anakku....tidak tersentuhkkah hatimu terhadap seorang wanita tua yang lemah, tidak terenyuhkah jiwamu melihat orang tua yang telah renta ini, ia binasa dimakan oleh rindu, berselimutkan kesedihan dan berpakaian kedukaan!? Bukan karena apa-apa?! Akan tetapi hanya karena engkau telah berhasil mengalirkan air matanya......Hanya karena engkau telah membalasnya dengan luka di hatinya.......hanya karena engkau telah pandai menikam dirinya dengan belati durhakamu tepat menghujam jantungnya ....hanya karena engkau telah berhasil pula memutuskan tali silaturrahim?!

Wahai anakku, Ibumu inilah sebenarnya pintu surga bagimu, Maka titilah jembatan itu menujunya, lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, pemaafan dan balas budi yang baik. Semoga aku bertemu denganmu di sana dengn kasih sayang Allah ta'ala sebagaimana dalam hadits:

"Orang tua adalah pintu surga yang ditengah, sekiranya engkau mau, sia-siakanlah pintu itu atau jagalah!! [HR. Ahmad]

Anakku, aku sangat mengenalmu, tahu sifat dan akhlakmu. semenjak engkau telah beranjak dewasa saat itu pula tamak dan labamu kepada pahala dan surga begitu tinggi. Engkau selalu bercerita tentang keutamaan berjamaah dan shaf pertama. Engkau selalu berniat untuk berinfak dan bersedekah.

Akan tetapi, anakku! Mungkin ada satu hadits yang terlupakan olehmu! Satu keutamaan besar yang terlalaikan olehmu yaitu bahwa Nabi yang mulia Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

" Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu berkata: "Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam, " Wahai Rasullullah, amal apa yang paling mulia? Beliau berkata :"Sholat pada waktunya, aku berkata :"Kemudian apa, wahai Rasulullah? Beliau berkata :"Berbakti kepada kedua orang tua",aku berkata "Kemudian, Wahai Rasulullah! Beliau menjawab, "Jihad di jalan Allah," lalu beliau diam. Sekiranya aku bertanya lagi, niscaya beliau akan menjawabnya. [Muttafaqun 'alaih]

Wahai anakku!! ini aku, pahalamu, tanpa engkau bersusah payah untuk memerdekakan budak atau berletih dalam berinfak.

Pernahkah engkau mendengar cerita seorang ayah yang telah meninggalkan keluarga dan anak-anaknya dan berangkat jauh dari negerinya untuk mencari tambang emas?! Setelah tiga puluh tahun dalam perantauan, kiranya yang ia bawa pulang hanya tangan hampa dan kegagalan. Dia telah gagal dalam usahanya. Setibanya di rumah, orang tersebut tidak lagi melihat gubuk reotnya, tetapi yang dilihatnya adalah sebuah perusahaan tambang emas yang besar. Berletih mencari emas di negeri orang kiranya, disebelah gubuk reotnya orang mendirikan tambang emas.

Begitulah perumpamaanmu dengan kebaikan. Engkau berletih mencari pahala, engkau telah beramal banyak, tetapi engkau telah lupa bahwa didekatmu ada pahala yang maha besar. Disampingmu ada orang yang dapat menghalangi atau mempercepat amalmu, bukankah ridhoku adalah keridhoan Allah, dan murkaku adalah kemurkaan-NYa?

Anakku yang aku cemaskan terhadapmu, yang aku takutkan bahwa jangan-jangan engkaulah yang dimaksud Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya:

"Merugilah seseorang, merugilah seseorang, merugilah seseorang, dikatakan "Siapa dia, wahai Rosulullah?, "Orang yang mendapatkan kedua ayah-ibunya ketika tua, dan tidak memasukkannya ke surga" [HR. Muslim]

Anakku ........ Aku tidak akan angkat keluhan ini ke langit dan aku tidak adukan duka ini kepada Allah, karena sekiranya keluhan ini telah membumbung menembus awan, melewati pintu-pintu langit, maka akan menimpamu kebinasaan dan kesengsaraan yang tidak ada obatnya dan tidak ada tabib yang dapat menyembuhkannya. Aku tidak akan melakukannya, Nak! Bagaimana aku melakukannya sedangkan engkaulah adalah jantung hatiku.........Bagaiman ibumu ini kuat menengadahkan tangannya ke langit sedangkan engkau adalah pelipur laraku. Bagaimana ibu tega melihatmu merana terkena do'a mustajab, padahal engkau bagiku adalah kebahagiaan hidupku.

Bangunlah Nak! Uban sudah mulai merambat di kepalamu, Akan berlalu masa sehingga engkau akan menjadi tua pula, dan al-jaza' min jinsil amal...." Engkau akan memetik sesuai dengan apa yang engkau tanam".....Aku tidak ingin engkau nantinya menulis surat yang sama kepada anak-anakmu, engkau tulis dengan air matamu sebagaimana aku menulisnya dengan air mata itu pula kepadamu.

Wahai anakku, Bertaqwalah kepada Allah pada Ibumu, peganglah kakinya Sesungguhnya surga di kakinya. Basuhlah airmatanya, balurlah kesedihannya, kencangkanlah tulang ringkihnya, dan kokohkan badannya yang telah lapuk.

Anakku........setelah engkau membaca surat ini, terserah padamu! Apakah engkau sadar dan akan kembali atau engkau ingin merobeknya.

Wassalam,


Ibumu


sumber : http://goeyoeb.multiply.com/journal/item/28 Selengkapnya...

Jumat, 16 April 2010

CATATAN PERDANA

Batam, Jumat 16 April 2010 (1 Jumadil Ula 1431H) ; 20.30 WIB

Bismillah,

Menulis di blog, seperti menulis di sebuah diary, mencoba mengingat yang pernah aku lakukan beberapa tahun yang lalu......hhmmmm *senyum-senyum sendiri*

Malam ini, sambil mendengarkan kajian di http://www.rodjatv.com/ tentang pelajaran bahasa Arab, diselingi juga hiruk pikuk suara mas Alung yang lagi main dengan de' Aisy, heboh.

Kepingin menulis yang banyak, tapi kayaknya memori lagi macet *meringis dot com* kapan-kapan disambung lagi deh.

ummu 'Aisyah al Batami Selengkapnya...